Jepara, sebuah kota kecil di pesisir utara pulau jawa bagian tengah. Tempat yang bagi sebagian orang adalah tempat yang indah, dengan tempat wisatanya yang cukup nyaman (walau masih dikelola dengan sederhana), pantai pantainya yang berombak rendah, sangat cocok untuk tempat rekreasi keluarga.
Dua tahun lalu, aku pun berpikir demikian, ketika pertama kali ku jejakkan kakiku disini. hmm... saat itu, aku berpikir tempat ini cocok untuk bisa memboyong keluargaku kesini. Jauh dari hiruk pikuk kota besar, yang hanya diisi oleh kebisingan dan kesibukan warganya. Dan setelah mngurusi beberapa hal kami pun (aku, Istriku, Andrea dan Ardelia kedua anakku dan Radith, si jabang bayi yang berada di dalam perut istriku) sepakat untuk pindah ke kota Jepara.
Satu tahun pertama, adalah masa yang paling membahagiakan. Kami bagai keluarga kecil yang sempurna. Mulai dari kelahiran Radith, pekerjaan yang memadai, anak-anak yang lincah dan bahagia, God, aku yakin banyak orang yang iri melihat kebahagiaan kami saat itu.
Ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Di bulan agustus 2010, ketika Radith yang masih berusia 5 bulan, mengalami muntaber parah. ketika kami bawa ke Rumah Sakit GH Jepara, Radith langsung mendapatkan perawatan. Ketika itu dia dibawah perawatan dr. N SpA. Bukan kesembuhan yang kami dapat, Radith semakin parah hingga koma, dan akhirnya wafat di semarang. (Perlu di catat saat itu aku tak mau menyalahkan pihak Rumah sakit, karena mereka sudah melakukan yang terbaik)
Ketika kami sedang berusaha menghapus duka kami, pada bulan November anak kedua kami Ardelia, mulai terserang asma, penyakit yang selama ini tak pernah dimiliki oleh Ardelia. Kondisinya selalu naik turun, hiingga dia pun harus selalu bolak balik Rumah sakit dan kembali ditangani oleh dr. N SpA.
Hingga pada bulan Januari 2011, Sakit Adel mulai semakin parah hingga dia harus di rawat di RS GH, dan tetap dibawah pengawasan Dr. N. setelah sempat keluar masuk, selama hampir satu bulan, kondisi Adel makin memburuk, kulitnya mulai mengelupas, badannya semakin lemah, hingga akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Besar di Bogor. Dan Demi Tuhan, Alangkah terkejutnya kami, Bahwa Adel menderita "Stephen Johnson Syndrome" sebuah penyakit Drug Eruption yang diakibatkan Alergi terhadap obat yang telah diberikan dalam skala besar (ya Allah, apa yang dr. N, berikan pada anakku?).
Satu bulan setengah Adel harus menjalani, perawatan, karena penyakitnya telah merasuk ke livernya, dokter berkata Adel telah terjangkit Non Viral Hepatitis (Penyakit radang hati yang diakibatkan keracunan obat) dan hingga akhirnya juga menyerang sel darah merahnya yang meyebabkan dia mengidap AIHA (auto Immune Hemolityc Anemia) Penyakit dimana Sel darah Putih malah membunuh sel darah merahnya. Dan pada 3 Maret 2011, Adel harus pergi meninggalkan kami. Untuk kedua kalinya dalam waktu 6 bulan aku harus kehilangan anakku..
Dan mulai detik itu aku membenci jepara. Kota ini terlalu banyak menyimpan kenangan pahit. Trauma psikis yang kualami, membuatku muak. aku hanya ingin secepatnya keluar dari kota ini.
Dan kini kujalani kehidupanku di Jepara, dengan selalu menghitung berapa lama lagi kontrak kerjaku di kota ini. karena aku lelah untuk selalu melewati jalan-jalan yang pernah kami lewati, Dengan motor kami, ketika Adel duduk di depan. Lelah untuk selalu berpikir bahwa akulah yang mengajak mereka ke Kota ini. Akulah penyebab awal kematian mereka. KARENA AKU TELAH MENGAJAK MEREKA KE KOTA JEPARA.
Monday, May 30, 2011
I love you mom
Hidup itu tentang perjuangan dan Cinta. Tak pernah ku dengar kata - kata itu. Tapi ku tahu bahwa ibu ku berusaha menanamkan hal itu padaku semenjak aku kecil, walau ia tak pernah mengatakan secara terang - terangan, mungkin ia memang bukan tipe wanita yang mudah mengungkapkan apapun secara verbal.
Aku hidup tanpa ayah sejak umurku 3 Tahun, ketika seorang supir bus yang tak punya tanggung jawab dengan seenaknya mengambil jalur berlawanan arah dan menabrak mobil ayahku. Setelah 3 hari di rumah sakit, pada tgl 24 Desember 1981 beliau wafat, meninggalkan ibuku, aku dan kedua adikku yang berumur 1,5 tahun dan 6 bulan. ( Takkan pernah kumaafkan supir bus itu, andai saja ku bertemu dia maka nyawa di balas nyawa pun akan kuterapkan padanya )
Sejak saat itu ibuku dipaksa menjadi seorang single parent.
Hidup itu perjuangan. Ku pelajari itu dari ibuku. Menghidupi 3 orang anak seorang diri ( ya, walaupun takkan kulupakan jasa kerabatku, yang telah membantu ), setiap harinya ia mencari penghidupan buat kami. Mulai dari jual sayur matang di rumahku, hingga menjadi tukang kredit. dari mengkreditkan baju hingga sepatu. Walau tak jarang ibuku mendapati para kreditur sableng kabur dengan hutang yg berjibun, ia tak pernah jera. karena ia tahu, jika sejenak saja ia berhenti berusaha maka kami akan kelaparan berhari hari.
Hidup itu Cinta, ku pelajari itu dari ibuku. Ketika ku menderita penyakit kuning ( liver ) diumur 6 tahun dia rela berjuang lebih keras agar aku bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Ketika ku menderita typus di umur 12 tahun, dan aku memaksa untuk tetap berangkat ke sekolah, ibuku mengantar dan menjemputku. Di jam istirahat ibuku kembali datang ke sekolah untuk mengantarkan beberapa potong biskuit.
Hidup itu perjuangan. Ketika kami beranjak dewasa dan mampu menghidupi diri kami sendiri,ibuku tak mau berhenti mencari penghasilan, bahkan saat inipun ia tetap berusaha. Ketika ku tanya kenapa? ia hanya berkata, " selama mama hidup, mama akan terus berusaha"
Hidup itu cinta. Ketika adikku yang telah bersuami, namun tak memiliki penghasilan, ibuku malah kembali menafkahi mereka. Hidup itu cinta, kulihat bagaimana ibuku mengajari semua anak dan menantu perempuannya bagaimana merawat anak2 mereka. memandikannya, menidurkannya, bahkan membersihkan kotoran mereka. Kulihat bagaimana ibuku menangis ketika salah satu cucunya sakit. Kulihat ibuku menangis, ketika ku terbaring di rumah sakit, dengan luka dan patah tulangku, karena ia takut cucuku mengalami hal yang sama dengan diriku, ditinggal ayahnya ketika masih kecil.
Hidup itu perjuangan dan cinta.....tak pernah ku tahu bagaimana caranya menyampaikannya kepadaku, tapi itu yang kudapat darinya. dan itu pula yang akan kutanamkan pada anak anak ku.
( ma...ku tak pernah sanggup mengatakan bahwa ku bangga denganmu, namun dengan air mata dan doa ini, ku harap mampu menyentuhmu...jika ku bisa menukar kehidupan, maka takkan ku tukar jalan hidupku dengan cerita lain, karena kau telah mengajarkanku banyak dengan jalan cerita ini. Ma....aku menyayangimu dan ku yakin kau tahu itu...Love you, mom )
Bogor, 13 Juli 2009
Aku hidup tanpa ayah sejak umurku 3 Tahun, ketika seorang supir bus yang tak punya tanggung jawab dengan seenaknya mengambil jalur berlawanan arah dan menabrak mobil ayahku. Setelah 3 hari di rumah sakit, pada tgl 24 Desember 1981 beliau wafat, meninggalkan ibuku, aku dan kedua adikku yang berumur 1,5 tahun dan 6 bulan. ( Takkan pernah kumaafkan supir bus itu, andai saja ku bertemu dia maka nyawa di balas nyawa pun akan kuterapkan padanya )
Sejak saat itu ibuku dipaksa menjadi seorang single parent.
Hidup itu perjuangan. Ku pelajari itu dari ibuku. Menghidupi 3 orang anak seorang diri ( ya, walaupun takkan kulupakan jasa kerabatku, yang telah membantu ), setiap harinya ia mencari penghidupan buat kami. Mulai dari jual sayur matang di rumahku, hingga menjadi tukang kredit. dari mengkreditkan baju hingga sepatu. Walau tak jarang ibuku mendapati para kreditur sableng kabur dengan hutang yg berjibun, ia tak pernah jera. karena ia tahu, jika sejenak saja ia berhenti berusaha maka kami akan kelaparan berhari hari.
Hidup itu Cinta, ku pelajari itu dari ibuku. Ketika ku menderita penyakit kuning ( liver ) diumur 6 tahun dia rela berjuang lebih keras agar aku bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Ketika ku menderita typus di umur 12 tahun, dan aku memaksa untuk tetap berangkat ke sekolah, ibuku mengantar dan menjemputku. Di jam istirahat ibuku kembali datang ke sekolah untuk mengantarkan beberapa potong biskuit.
Hidup itu perjuangan. Ketika kami beranjak dewasa dan mampu menghidupi diri kami sendiri,ibuku tak mau berhenti mencari penghasilan, bahkan saat inipun ia tetap berusaha. Ketika ku tanya kenapa? ia hanya berkata, " selama mama hidup, mama akan terus berusaha"
Hidup itu cinta. Ketika adikku yang telah bersuami, namun tak memiliki penghasilan, ibuku malah kembali menafkahi mereka. Hidup itu cinta, kulihat bagaimana ibuku mengajari semua anak dan menantu perempuannya bagaimana merawat anak2 mereka. memandikannya, menidurkannya, bahkan membersihkan kotoran mereka. Kulihat bagaimana ibuku menangis ketika salah satu cucunya sakit. Kulihat ibuku menangis, ketika ku terbaring di rumah sakit, dengan luka dan patah tulangku, karena ia takut cucuku mengalami hal yang sama dengan diriku, ditinggal ayahnya ketika masih kecil.
Hidup itu perjuangan dan cinta.....tak pernah ku tahu bagaimana caranya menyampaikannya kepadaku, tapi itu yang kudapat darinya. dan itu pula yang akan kutanamkan pada anak anak ku.
( ma...ku tak pernah sanggup mengatakan bahwa ku bangga denganmu, namun dengan air mata dan doa ini, ku harap mampu menyentuhmu...jika ku bisa menukar kehidupan, maka takkan ku tukar jalan hidupku dengan cerita lain, karena kau telah mengajarkanku banyak dengan jalan cerita ini. Ma....aku menyayangimu dan ku yakin kau tahu itu...Love you, mom )
Bogor, 13 Juli 2009
4 hari yang menyakitkan
Rabu, 11 agustus 2010,18.30
Papaku pulang lebih awal hari ini, dia datang untuk berbuka di rumah..
19.00
Papa begitu bahagia memelukku, tertawa bersamaku, kakak - kakakku pun bergabung...entah mengapa aku tertawa terbahak-bahak ketika kakakku menggodaku..
21.00
Aku pun mulai tertidur...
Kamis, 12 agustus 2010,
02.00
Aku terbangun dan saat inilah penderitaanku dimulai,,,
Aku mulai muntah. kulihat mama dan papa terbangun..mamaku berinisiatif menggosokku dengan parutan bawang merah dan minyak telon..
entah mengapa itu tak berhasil..muntahku tak bisa kutahan..setiap cairan yang masuk keperutku, ku muntahkan kembali...
aku hanya bisa menangis..karena hanya itu yang bisa kulakukan...
08.00
Mamaku membawaku ke dokter umum, selang beberapa saat kami pulang dengan membawa beberapa racikan obat..setiba dirumah ibuku langsung memeberikan obat itu padaku..
09.00
Walah!!! muntahku berhenti!!!!
10.00
Namun belum pulih kondisiku, kini aku terserang diare...
Kulihat mamaku mulai cemas....
beberapa kali kulihat mama menelepon papa...
Sayangnya papa sepertinya terlalu sibuk...
dan diarekupun berlanjut...
22.00
Papa pulang...dan ketika melihat kondisiku, tanpa mengganti pakaian dan beristirahat dia langsung mengajakku dan mama ke RS Graha Husada Jepara...hmmm papa memang paling mudah panik....
22.30
Pihak RS memutuskan untuk merawatku...Infus dan segala tes mulai dijalankan..tapi entah mengapa diareku belum juga berhenti..
dan kemudian muntahku pun mulai kembali...Mungkin karena aku lemah, aku hanya bisa merintih...karena dehidrasi akupun mulai demam..
Jumat, 13 agustus 2010
04.00
Keadaanku semakin parah.......
Aku mulai kejang...
Kulihat mama dan papa mulai cemas....
Dokter memeberiku obat...
aku mulai bisa sedikit tenang...
08.00
Kejang kedua pun datang...
lebih menyakitkan....kulihat mama berlari memanggil dokter jaga...
Dokterpun akhirnya memberikan suntikan penenang padaku.....
akupun tak sadarkan diri...
09.00
Dokter anak pun datang... dia meminta untuk memindahkan aku ke ICU...
Papa mulai berkaca-kaca...
Alat alat itupun mulai menempel dan masuk kedalam tubuhku....
ahhhh...menyakitkan.....
mama mulai menangis....
anehnya mengapa pengaruh obat penenang ini tak hilang juga...
Sabtu, 14 Agustus 2010
04.00
Aku masih belum sadarkan diri...
padahal papa sudah semalam suntuk berusaha untuk tetap terbangun...
mengompresku dengan air hangat...sambil matanya terus memperhatikan monitor di sampingku...
Tiba-tiba perawat menelepon dokter, entah apa yang dibicarakan, namun setelah itu dia mengatakan pada papa bahwa aku harus dipindah ke RS yang lebih besar, agar aku bisa dipasang ventilator..Papa terkaget kaget...namun papa berkata, kemanapun, asal aku bisa sembuh dia akan berangkat...
10.00
Aku masih belum Sadar...
Kami berangkat ke Semarang, menuju RS Permata Medika...
12.00
Kami tiba di semarang...
Aku langsung masuk IGD...
Setelah 20 menit aku di periksa, dokter memanggil papa dan mama..
Dia mengatakan bahwa kemungkinan aku terkena radang otak…
Mama dan Papa shock..
13.00
Mereka membawaku ke ICU..
Kini makin banyak alat yang terpasang ketubuhku..
Sakiittt….
13.30
Dokter ICU kembali memanggil mama dan papa, dia mengatakan bahwa kini kesempatan hidupku hanya 3 dari 15..
Mama menangis papa juga…
Papa merasa bahwa dunia telah runtuh, walau berusaha tegar, beberapa kali papa menangis..
18.30
Perawat memanggil mama dan papa..
Ternyata Trombosit turun hingga 36.000
Papa dan mama diminta untuk mencari pendonor untuk darah yang AB+
Mereka pun sibuk menelepon kepada semua orang.
Mereka juga pergi ke PMI setempat…singkat cerita Darah pun didapat…
Minggu, 15 Agustus 2010,
02.00
Mama masuk ke ruang ICU, bertanya kepada perawat bagaimana keadaanku.
Perawat mengatakan, walau darah sudah diberikan namun belum ada perubahan..
03.25
Aku sudah tak kuat,,,, semua alat dan obat ini tak bisa juga membantu…
Aku harus pergi,,,cukup sudah kebersamaanku dengan mama, papa, dan kakak-kakakku
Jantungku mulai berhenti berdetak……
Walau nafas dari ventilator terus bekerja…
Namun aku sudah tak kuat…
Perawat berusaha memberikan CPR…namun sungguh itu tak membantu..
Aku tetap harus pergi…
Selamat tinggal papa, mama, kakak Andrea, kakak Adel…
Jepara, 29 September 2010 (Mengenang kepergian Radith)
Papaku pulang lebih awal hari ini, dia datang untuk berbuka di rumah..
19.00
Papa begitu bahagia memelukku, tertawa bersamaku, kakak - kakakku pun bergabung...entah mengapa aku tertawa terbahak-bahak ketika kakakku menggodaku..
21.00
Aku pun mulai tertidur...
Kamis, 12 agustus 2010,
02.00
Aku terbangun dan saat inilah penderitaanku dimulai,,,
Aku mulai muntah. kulihat mama dan papa terbangun..mamaku berinisiatif menggosokku dengan parutan bawang merah dan minyak telon..
entah mengapa itu tak berhasil..muntahku tak bisa kutahan..setiap cairan yang masuk keperutku, ku muntahkan kembali...
aku hanya bisa menangis..karena hanya itu yang bisa kulakukan...
08.00
Mamaku membawaku ke dokter umum, selang beberapa saat kami pulang dengan membawa beberapa racikan obat..setiba dirumah ibuku langsung memeberikan obat itu padaku..
09.00
Walah!!! muntahku berhenti!!!!
10.00
Namun belum pulih kondisiku, kini aku terserang diare...
Kulihat mamaku mulai cemas....
beberapa kali kulihat mama menelepon papa...
Sayangnya papa sepertinya terlalu sibuk...
dan diarekupun berlanjut...
22.00
Papa pulang...dan ketika melihat kondisiku, tanpa mengganti pakaian dan beristirahat dia langsung mengajakku dan mama ke RS Graha Husada Jepara...hmmm papa memang paling mudah panik....
22.30
Pihak RS memutuskan untuk merawatku...Infus dan segala tes mulai dijalankan..tapi entah mengapa diareku belum juga berhenti..
dan kemudian muntahku pun mulai kembali...Mungkin karena aku lemah, aku hanya bisa merintih...karena dehidrasi akupun mulai demam..
Jumat, 13 agustus 2010
04.00
Keadaanku semakin parah.......
Aku mulai kejang...
Kulihat mama dan papa mulai cemas....
Dokter memeberiku obat...
aku mulai bisa sedikit tenang...
08.00
Kejang kedua pun datang...
lebih menyakitkan....kulihat mama berlari memanggil dokter jaga...
Dokterpun akhirnya memberikan suntikan penenang padaku.....
akupun tak sadarkan diri...
09.00
Dokter anak pun datang... dia meminta untuk memindahkan aku ke ICU...
Papa mulai berkaca-kaca...
Alat alat itupun mulai menempel dan masuk kedalam tubuhku....
ahhhh...menyakitkan.....
mama mulai menangis....
anehnya mengapa pengaruh obat penenang ini tak hilang juga...
Sabtu, 14 Agustus 2010
04.00
Aku masih belum sadarkan diri...
padahal papa sudah semalam suntuk berusaha untuk tetap terbangun...
mengompresku dengan air hangat...sambil matanya terus memperhatikan monitor di sampingku...
Tiba-tiba perawat menelepon dokter, entah apa yang dibicarakan, namun setelah itu dia mengatakan pada papa bahwa aku harus dipindah ke RS yang lebih besar, agar aku bisa dipasang ventilator..Papa terkaget kaget...namun papa berkata, kemanapun, asal aku bisa sembuh dia akan berangkat...
10.00
Aku masih belum Sadar...
Kami berangkat ke Semarang, menuju RS Permata Medika...
12.00
Kami tiba di semarang...
Aku langsung masuk IGD...
Setelah 20 menit aku di periksa, dokter memanggil papa dan mama..
Dia mengatakan bahwa kemungkinan aku terkena radang otak…
Mama dan Papa shock..
13.00
Mereka membawaku ke ICU..
Kini makin banyak alat yang terpasang ketubuhku..
Sakiittt….
13.30
Dokter ICU kembali memanggil mama dan papa, dia mengatakan bahwa kini kesempatan hidupku hanya 3 dari 15..
Mama menangis papa juga…
Papa merasa bahwa dunia telah runtuh, walau berusaha tegar, beberapa kali papa menangis..
18.30
Perawat memanggil mama dan papa..
Ternyata Trombosit turun hingga 36.000
Papa dan mama diminta untuk mencari pendonor untuk darah yang AB+
Mereka pun sibuk menelepon kepada semua orang.
Mereka juga pergi ke PMI setempat…singkat cerita Darah pun didapat…
Minggu, 15 Agustus 2010,
02.00
Mama masuk ke ruang ICU, bertanya kepada perawat bagaimana keadaanku.
Perawat mengatakan, walau darah sudah diberikan namun belum ada perubahan..
03.25
Aku sudah tak kuat,,,, semua alat dan obat ini tak bisa juga membantu…
Aku harus pergi,,,cukup sudah kebersamaanku dengan mama, papa, dan kakak-kakakku
Jantungku mulai berhenti berdetak……
Walau nafas dari ventilator terus bekerja…
Namun aku sudah tak kuat…
Perawat berusaha memberikan CPR…namun sungguh itu tak membantu..
Aku tetap harus pergi…
Selamat tinggal papa, mama, kakak Andrea, kakak Adel…
Jepara, 29 September 2010 (Mengenang kepergian Radith)
dan akupun bagai tiada
Untuk Ardelia dan Radith di Syurga (Bogor, 15 Maret 2011)
Ketika tangan beritikad
menggurat perih dalam rangkaian kata
kerongkonganku pun tercekat
menahan kelopak tuk tak menetes.
Namun nak,
aku hanya seorang lemah,
yang terluka oleh pergimu.
"Mengapa" adalah kata yang membenciku.
Tak kutahu alasan Tuhan memanggilmu.
Apa karena Ia lebih menyayangimu,
atau aku yang tak pantas menjadi papamu.
Tidak nak,
aku bukan orang bodoh,
takkan mungkin aku bunuh diri,
itu hanya akan membuatku makin jauh darimu.
Tapi nak,
jika kaulah jiwaku,
bukankah aku pun telah mati?
walau memang raga ini masih berdiri.
Dan akupun bagai tiada........
Ketika tangan beritikad
menggurat perih dalam rangkaian kata
kerongkonganku pun tercekat
menahan kelopak tuk tak menetes.
Namun nak,
aku hanya seorang lemah,
yang terluka oleh pergimu.
"Mengapa" adalah kata yang membenciku.
Tak kutahu alasan Tuhan memanggilmu.
Apa karena Ia lebih menyayangimu,
atau aku yang tak pantas menjadi papamu.
Tidak nak,
aku bukan orang bodoh,
takkan mungkin aku bunuh diri,
itu hanya akan membuatku makin jauh darimu.
Tapi nak,
jika kaulah jiwaku,
bukankah aku pun telah mati?
walau memang raga ini masih berdiri.
Dan akupun bagai tiada........
Subscribe to:
Posts (Atom)