Beberapa saat setelah kelahiran Muhammad Afham Adhinata Susilo, putra ke-4 gue, banyak ucapan selamat yang kami terima, ada yang telepon langsung, via sms, di whatsapp kami dan juga di wall FB kami. Namun ada satu ucapan selamat yang menyedot perhatian gue. Pada intinya, si pengirim mengatakan bahwa dia mengucapkan selamat atas lahirnya anak gue sebagai pengganti kedua anak gue ( Adel dan Radith ) yang telah wafat.
What?!
Gue ga ngerti gimana caranya, seseorang yang lahir bisa menggantikan posisi seseorang??
Maksud gue, semirip apapun Afham dengan Kakak - kakaknya, dia bukanlah pengganti. Afham adalah Afham, anak ke-4 gue. Dia adalah anak gue yang posisinya sama dengan ketiga anak gue yang lain. Mungkin bakal ga adil buat Afham kalo dia dijadikan "pengganti" dari kakak-kakaknya. Dan Adel maupun Radith adalah tetap Adel dan Radith. Mereka adalah dua anak gue, yang takkan bisa tergantikan. Rasa sayang gue sama terhadap mereka, ada ataupun tiada.
So, stop perlakukan anak gue kayak barang. anak anak gue bukan gelas, kalo ada yang pecah bisa diganti dengan gelas lain.
Dan sekali lagi gue bilang kalo anak gue ada empat. Dua cowok dan Dua Cewek. Andrea, Ardelia, Radith dan Afham.
By the way, thanks buat ucapan selamat atas kelahiran anak ke-4 gue.
Wednesday, March 14, 2012
Tuesday, February 28, 2012
Siapa yang mau ruqyah???
Senin kemarin menjadi saat pertama bagi gue, untuk jadi pasien di "Bengkel Rohani", cabang ITC Depok. Kehadiran gue di "Bengkel" itu lebih didasari kekecewaan gue terhadap pengobatan konvensional. well, lo bisa di bayangin, dari awalnya, gue cuma punya vertigo, dua tahun yang lalu, dan sekarang? gue punya sakit pinggang, sakit syaraf mata, nyeri tulang ekor (please jangan samain gue ma monyet!!), sakit dada, dan beberapa penyakit lagi, yang kata dokter (dengan segala tes dan obat obatan yang udah gw jalanin) cuma bisa bilang, "MUNGKIN ini gejala anu, gejala anu", tanpa pernah ada satu dokter yang bisa bilang apa sakit gue sebenarnya.
Sebetulnya beberapa waktu yang lalu ada beberapa orang yang bilang, supaya gue "Berobat" ke "orang pintar" ini, "orang bisa itu", dan beberapa orang yang katanya "Bisa ngobati".... Dan yang lebih menakjubkan lagi, ada "Orang Hebat" yang bilang ke gue, kalo sakit gue ini "kiriman", dari orang yang dengki ma gue. Dan yang bikin gue marah ketika orang ini bilang kalo kematian kedua anak gue, diakibatkan kiriman yang mestinya ke gue, malah mental kepada kedua anak gue. Ya, Gue marah, bukan marah karena percaya omongan nih orang, tapi marah gue karena orang ini, narik-narik anak gue, dalam fitnah kejinya kalo keluarga gue dikirimi.
Eniwei, ketidak puasan gue, membuat gue ingin mencoba pengobatan alternatif. Of course, I'm not trying to go to some kind of "Dukun" or something. Please deh, hari gini kita masih percaya kalo penyakit kita bisa dipindahin ke ayam atau kambing?. So gue coba cek ke mbah google tentang pengobatan yang masuk akal dan ga bikin gue musyrik.... dan walah!! gue dihadapkan dengan list tentang bekam dan ruqyah...
Singkat cerita, berkat bantuan adik kelas gue dulu, Wibisono. dan bantuan teknologi yang disebut google, gue dapetin nama "Bengkel rohani". and there I was.
Awalnya gue cuma mo nyoba teknik pengobatan bekam, soalnya itu salah satu teknik pengobatan alternatif yang sesuai syariah. Tapi, pas gue baca brosurnya, bekam sudah digabung dalam satu paket dengan ruqyah. Well, gue bilang, got nothing to loose (walau saat itu gue sangat-sangat yakin kalo ga mungkin ada jin yang ngendon di badan gue).
Dan sesi pun dimulai dengan konsultasi. Layaknya dokter, Konsulis (kalo gue pake kata konsultan kayaknya gak pas) nanya apa yang gue rasain? Ya, gue sih blak-blakan, semua penyakit yang gue rasain gue sampaikan. Gue urut apa yang gue rasa sakit dari atas sampai bawah.... Eh Konsulisnya bilang "kalo itu fisiknya. dan sekarang mentalnya apa yang dirasa?" Wah, keren nih, konsulisnya, bisa jadi psikolog juga. Setelah panjang lebar di sesi konsultasi, gue disuruh ke bagian ruqyah. Nah lho!!, kok gue jadi deg-degan??.. Ditemani sang istri tercinta, gue masuk ke ruang ruqyah. Di dalam ada dua tempat tidur. di salah satu tempat tidur sudah ada seorang ibu yang cukup tua menggunakan mukena lengkap. Dan sang ustadz, duduk di bangku diantara dua tempat tidur tersebut. Gue disuruh tidur di tempat tidur yang kosong. setelah semua siap, sang ustadz, meminta kami (gue dan seorang ibu) untuk memejamkan mata dan berkonsentrasi. Dan sang ustadz memulai dengan bacaan-bacaan ayat Alqur'an. Awalnya semua berjalan aman-aman saja. sampai selang beberapa menit, si ibu di seberang mulai ngorok!, sumpah awalnya gue kira si ibu itu tidur, tapi ngoroknya kok aneh? kayak suara kambing dipotong... makin lama, suaranya makin aneh dan makin keras. akhirnya dari pada gue mikirin tuh ibu-ibu, mending gue konsentrasi ma bacaan pak ustadz. Dan setelah beberapa menit, ada yang aneh ma kaki gue, kaki gue berasa ada yang narik, dorong.... Waduh!!! Gue, coba lawan, tapi kok malah makin kencang nih tarikan... Ngeliat kaki gue kayak gitu, pak ustadz, makin kencang bacanya. dan kondisi badan gue makin aneh. Awalnya, ulu hati gue kayak ada yang dorong. gue gelagapan. Pak ustadz, dengan sigap ngangkat badan gue supaya dalam posisi duduk.dan tekanan yang nyakitin itu naik ke dada gue, sakitnya lebih hebat dari sakit yang gue rasa waktu kena serangan jantung dulu (ya, gue emang punya catatan sakit jantung). rasanya kayak beberapa orang duduk di dada gue, dan tanpa tedeng aling aling gue ngerang karena rasa sakit di dada gue.Pak Ustadz, nyuruh gue baca ayat kursi sekeras kerasnya, gue nurut, tapi parahnya, ditengah bacaan, mulut gue ada yang narik keatas. rasanya seperti ada yang megang pipi gue dan narik sekencang kencangnya. (saat ini istri gue kebingungan, karena selama ini gue ga bisa maenin bibir gue sedemikian rupa). Tapi gue juga coba ngelawan, gue baca Ayat Kursi sekencang kencangnya. Dan tiba-tiba leher gue serasa tercekik. Saking kencengnya kepala gue serasa membesar. kayak balon yang kita paksa terus diisi angin,,, dan akhirnya gue muntah...OEK!!! Saat itu gue pikir dah selesai. namun tiba-tiba, rasa mual datang, dan rasa tercekik itu kembali datang. dan proses ini berulang berkali kali. Mungkin saat itu pak ustadz ngeliat kondisi gue dah ga memungkinkan. Akhirnya sesi ruqyah di stop. And guys, mungkin lo bilang gue lebay, tapi setelah selesai badan gue kayak abis nge-gym berjam-jam non stop (lemes abis!!). Dan diakhir sesi ruqyah, pak ustadz bilang, kalo Jin yang ada dalam diri gue, udah terlalu lama ngendon di dalam badan gue. Dan setelah ruqyah, gue dilanjutkan dengan sesi bekam dan diminta untuk datang lagi nantinya untuk melanjutkan sesi ruqyah.
Guys, dari penjelasan pak ustadz, gue baru ngeh. Kalo Jin itu bisa masuk karena 3 kemungkinan; pertama, kiriman; kedua, karena diundang (Jimat, khadam, ilmu-ilmu aneh dsb); ketiga, turun dari keluarga yang pernah ngundang hal hal begituan. Nah kitanya harus pinter-pinter, bikin para jin ga betah tinggal di badan kita. Caranya?. Simple, sob. Ibadah yang bener!! bukan cuma rajin tapi BENAR!!. kan banyak ayat dan hadits yang bahas itu (well, hasil ruqyah gue membuktikan bahwa ibadah gue mesti dibenerin lagi). Nah masalahnya, buat yang dah terlanjur dimasuki jin, ruqyah adalah jalan yang tepat buat ngusir nih jin. And guys, jangan coba coba pergi ke yang aneh aneh deh, buat ngusir jin. masak, ngusir jin pake bantuan jin, arwah, atau apapun namanya. Itu namanya kita mau di bego-begoin ama jin. Gue jadi inget, kata pak ustadz, "Manusia itu mahluk paling sempurna diantara mahluk yang lain, kenapa malah kita mau diperbudak oleh mahluk yang tidak lebih sempurna dari kita?"
So, siapa yang berani di ruqyah??
Saturday, November 19, 2011
I'm not okay!!!
Aku memang cengeng, nak.
Bahkan bisa kuhabiskan malam dalam air mata..
mencoba menahan perih dalam benak,
karna pergimu yang nyata...
Mereka berkata..
"bangkitlah",
"tegarlah",
"Sabarlah"...
tanpa tahu betapa ku telah berusaha...
tapi setiap ku berdiri,
maka kerinduan akan senyummu melantakkanku...
Papa kangen kamu, Del....
Bahkan bisa kuhabiskan malam dalam air mata..
mencoba menahan perih dalam benak,
karna pergimu yang nyata...
Mereka berkata..
"bangkitlah",
"tegarlah",
"Sabarlah"...
tanpa tahu betapa ku telah berusaha...
tapi setiap ku berdiri,
maka kerinduan akan senyummu melantakkanku...
Papa kangen kamu, Del....
Sunday, June 5, 2011
Herman Susilo Putra: Pemberian nama yang buruk pada makanan
Herman Susilo Putra: Pemberian nama yang buruk pada makanan: "Jika ada yang menawari kita makanan seperti “Baset” (bakso setan), Nasi goreng “Iblis”, sambel gor e ..."
Saturday, June 4, 2011
Pemberian nama yang buruk pada makanan
Jika ada yang menawari kita makanan seperti “Baset” (bakso setan), Nasi goreng “Iblis”, sambel goreng “Jahanam” . apa yang ada dipikiran kita? Makanan serba aneh dari dunia antah berantah? Tentu tidak, karena sebenarnya kita sudah tahu sama tahu bahwa makanan tersebut hanya untuk menyatakan ke-“extreme”-annya . Seperti Bakso Setan, yang sebenarnya hanya bakso biasa yang berukuran “gambreng” sampai-sampai mangkuk bakso pun terisi penuh. Kemudian nasi goreng “iblis”, kripik “setan”, sambel “jahanam” hanya sebagai pengganti kata “extra, extra pedas”.
Lalu kenapa para penjual makanan lebih memilih nama – nama makanan tersebut? Itu semua demi “penglaris”. Tapi, penglaris disini bukan dalam artian hasil instruksi dukun tertentu, tapi lebih strategi penjualan. Tentunya nama – nama aneh dan “extreme” akan lebih membuat konsumen ‘”penasaran” dengan makanan tersebut. Bisa dibayangkan kalau nama makanan tersebut hanya “Bakso super besar”, “ nasi goreng extra pedas”, dan nama nama makanan yang normal lainnya. Tentu itu tidak akan menarik minat para penikmat kuliner. Ini juga lebih diakibatkan karena masyarakat kita masih lebih cenderung sebagai konsumen kuliner dengan cita rasa di telinga, bukan cita rasa di lidah. (maaf jika terminologinya masih salah).
Sebelumnya, kita harus pahami bahwa tujuan kita makan, selain untuk memenuhi rasa lapar kita, juga sebagai sarana pencari berkah. Bukankah kita diajarkan untuk berdoa agar mendapatkan berkah dalam setiap makanan yang kita makan?
Masalah kemudian muncul, ketika kita mengaitkan dengan kebaikan (keberkahan) dari makanan dengan nama – nama berbau neraka tersebut. Bukankah nama adalah doa? Ketika kita memberi nama sesuatu pun selalu diikuti dengan harapan – harapan yang baik? Ketika kita memberi nama seorang bayi, kita memberikan nama yang baik, agar si anak nantinya menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan dalam nama yang diberikan. Ketika kita memberikan nama pada sebuah gedung, bangunan, tempat ibadah, pernahkah kita menggunakan nama-nama menyeramkan? Seperti “gedung neraka”, “gudang setan”, RS “balai kematian”? tentu tidak! Tentunya kita akan memberikan nama – nama indah untuk setiap bangunan dengan harapan bangunan tersebut bisa menjadi tempat yang penuh kebaikan.
Nah, begitupun dengan nama – nama makanan. Makanan yang diberi nama dengan hal hal negatif, sengaja ataupun tidak, adalah sebagai bentuk harapan dan doa. Harapan dan doa bagi penjual, pembeli dan penkonsumsinya. Tentunya kita bisa mengerti apa harapan dari kata – kata “Setan”, “Iblis”, “jahanam” dan nama – nama menyeramkan lainnya pada makanan. Walaupun perlu ditekankan, bahwa si penjual tak mungkin berniat untuk mendoakan dan berpengharapan buruk pada pembelinya, tapi suka atau tidak, makanan tersebut telah menjadi makanan yang penuh doa dan harapan buruk. Jika telah demikian, kebaikan dan keberkahan apa yang kita dapat, selain hanya penghapus rasa lapar. Atau mungkin, malah keburukan yang kita dapat? Oleh karena itu, alangkah bijak jika dalam menyajikan dan menyantap makananpun harus mempertimbangkan etika – etika keberkahan.
Posting ini tidak bermaksud, menghilangkan rezeki para penjual masakan dengan nama – nama menyeramkan. Dan postingan ini tidak bertendensi untuk melabel halal maupun haram bagi makanan – makanan tersebut. Toh belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan dampak negatif maupun positif dari makanan tersebut. Namun, alangkah baiknya jika tulisan diatas menjadi bahan pertimbangan dalam menjual, membeli maupun mengkonsumsi makanan tertentu.
Monday, May 30, 2011
Maaf, ku tak suka Kota Jepara
Jepara, sebuah kota kecil di pesisir utara pulau jawa bagian tengah. Tempat yang bagi sebagian orang adalah tempat yang indah, dengan tempat wisatanya yang cukup nyaman (walau masih dikelola dengan sederhana), pantai pantainya yang berombak rendah, sangat cocok untuk tempat rekreasi keluarga.
Dua tahun lalu, aku pun berpikir demikian, ketika pertama kali ku jejakkan kakiku disini. hmm... saat itu, aku berpikir tempat ini cocok untuk bisa memboyong keluargaku kesini. Jauh dari hiruk pikuk kota besar, yang hanya diisi oleh kebisingan dan kesibukan warganya. Dan setelah mngurusi beberapa hal kami pun (aku, Istriku, Andrea dan Ardelia kedua anakku dan Radith, si jabang bayi yang berada di dalam perut istriku) sepakat untuk pindah ke kota Jepara.
Satu tahun pertama, adalah masa yang paling membahagiakan. Kami bagai keluarga kecil yang sempurna. Mulai dari kelahiran Radith, pekerjaan yang memadai, anak-anak yang lincah dan bahagia, God, aku yakin banyak orang yang iri melihat kebahagiaan kami saat itu.
Ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Di bulan agustus 2010, ketika Radith yang masih berusia 5 bulan, mengalami muntaber parah. ketika kami bawa ke Rumah Sakit GH Jepara, Radith langsung mendapatkan perawatan. Ketika itu dia dibawah perawatan dr. N SpA. Bukan kesembuhan yang kami dapat, Radith semakin parah hingga koma, dan akhirnya wafat di semarang. (Perlu di catat saat itu aku tak mau menyalahkan pihak Rumah sakit, karena mereka sudah melakukan yang terbaik)
Ketika kami sedang berusaha menghapus duka kami, pada bulan November anak kedua kami Ardelia, mulai terserang asma, penyakit yang selama ini tak pernah dimiliki oleh Ardelia. Kondisinya selalu naik turun, hiingga dia pun harus selalu bolak balik Rumah sakit dan kembali ditangani oleh dr. N SpA.
Hingga pada bulan Januari 2011, Sakit Adel mulai semakin parah hingga dia harus di rawat di RS GH, dan tetap dibawah pengawasan Dr. N. setelah sempat keluar masuk, selama hampir satu bulan, kondisi Adel makin memburuk, kulitnya mulai mengelupas, badannya semakin lemah, hingga akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Besar di Bogor. Dan Demi Tuhan, Alangkah terkejutnya kami, Bahwa Adel menderita "Stephen Johnson Syndrome" sebuah penyakit Drug Eruption yang diakibatkan Alergi terhadap obat yang telah diberikan dalam skala besar (ya Allah, apa yang dr. N, berikan pada anakku?).
Satu bulan setengah Adel harus menjalani, perawatan, karena penyakitnya telah merasuk ke livernya, dokter berkata Adel telah terjangkit Non Viral Hepatitis (Penyakit radang hati yang diakibatkan keracunan obat) dan hingga akhirnya juga menyerang sel darah merahnya yang meyebabkan dia mengidap AIHA (auto Immune Hemolityc Anemia) Penyakit dimana Sel darah Putih malah membunuh sel darah merahnya. Dan pada 3 Maret 2011, Adel harus pergi meninggalkan kami. Untuk kedua kalinya dalam waktu 6 bulan aku harus kehilangan anakku..
Dan mulai detik itu aku membenci jepara. Kota ini terlalu banyak menyimpan kenangan pahit. Trauma psikis yang kualami, membuatku muak. aku hanya ingin secepatnya keluar dari kota ini.
Dan kini kujalani kehidupanku di Jepara, dengan selalu menghitung berapa lama lagi kontrak kerjaku di kota ini. karena aku lelah untuk selalu melewati jalan-jalan yang pernah kami lewati, Dengan motor kami, ketika Adel duduk di depan. Lelah untuk selalu berpikir bahwa akulah yang mengajak mereka ke Kota ini. Akulah penyebab awal kematian mereka. KARENA AKU TELAH MENGAJAK MEREKA KE KOTA JEPARA.
Dua tahun lalu, aku pun berpikir demikian, ketika pertama kali ku jejakkan kakiku disini. hmm... saat itu, aku berpikir tempat ini cocok untuk bisa memboyong keluargaku kesini. Jauh dari hiruk pikuk kota besar, yang hanya diisi oleh kebisingan dan kesibukan warganya. Dan setelah mngurusi beberapa hal kami pun (aku, Istriku, Andrea dan Ardelia kedua anakku dan Radith, si jabang bayi yang berada di dalam perut istriku) sepakat untuk pindah ke kota Jepara.
Satu tahun pertama, adalah masa yang paling membahagiakan. Kami bagai keluarga kecil yang sempurna. Mulai dari kelahiran Radith, pekerjaan yang memadai, anak-anak yang lincah dan bahagia, God, aku yakin banyak orang yang iri melihat kebahagiaan kami saat itu.
Ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Di bulan agustus 2010, ketika Radith yang masih berusia 5 bulan, mengalami muntaber parah. ketika kami bawa ke Rumah Sakit GH Jepara, Radith langsung mendapatkan perawatan. Ketika itu dia dibawah perawatan dr. N SpA. Bukan kesembuhan yang kami dapat, Radith semakin parah hingga koma, dan akhirnya wafat di semarang. (Perlu di catat saat itu aku tak mau menyalahkan pihak Rumah sakit, karena mereka sudah melakukan yang terbaik)
Ketika kami sedang berusaha menghapus duka kami, pada bulan November anak kedua kami Ardelia, mulai terserang asma, penyakit yang selama ini tak pernah dimiliki oleh Ardelia. Kondisinya selalu naik turun, hiingga dia pun harus selalu bolak balik Rumah sakit dan kembali ditangani oleh dr. N SpA.
Hingga pada bulan Januari 2011, Sakit Adel mulai semakin parah hingga dia harus di rawat di RS GH, dan tetap dibawah pengawasan Dr. N. setelah sempat keluar masuk, selama hampir satu bulan, kondisi Adel makin memburuk, kulitnya mulai mengelupas, badannya semakin lemah, hingga akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Besar di Bogor. Dan Demi Tuhan, Alangkah terkejutnya kami, Bahwa Adel menderita "Stephen Johnson Syndrome" sebuah penyakit Drug Eruption yang diakibatkan Alergi terhadap obat yang telah diberikan dalam skala besar (ya Allah, apa yang dr. N, berikan pada anakku?).
Satu bulan setengah Adel harus menjalani, perawatan, karena penyakitnya telah merasuk ke livernya, dokter berkata Adel telah terjangkit Non Viral Hepatitis (Penyakit radang hati yang diakibatkan keracunan obat) dan hingga akhirnya juga menyerang sel darah merahnya yang meyebabkan dia mengidap AIHA (auto Immune Hemolityc Anemia) Penyakit dimana Sel darah Putih malah membunuh sel darah merahnya. Dan pada 3 Maret 2011, Adel harus pergi meninggalkan kami. Untuk kedua kalinya dalam waktu 6 bulan aku harus kehilangan anakku..
Dan mulai detik itu aku membenci jepara. Kota ini terlalu banyak menyimpan kenangan pahit. Trauma psikis yang kualami, membuatku muak. aku hanya ingin secepatnya keluar dari kota ini.
Dan kini kujalani kehidupanku di Jepara, dengan selalu menghitung berapa lama lagi kontrak kerjaku di kota ini. karena aku lelah untuk selalu melewati jalan-jalan yang pernah kami lewati, Dengan motor kami, ketika Adel duduk di depan. Lelah untuk selalu berpikir bahwa akulah yang mengajak mereka ke Kota ini. Akulah penyebab awal kematian mereka. KARENA AKU TELAH MENGAJAK MEREKA KE KOTA JEPARA.
I love you mom
Hidup itu tentang perjuangan dan Cinta. Tak pernah ku dengar kata - kata itu. Tapi ku tahu bahwa ibu ku berusaha menanamkan hal itu padaku semenjak aku kecil, walau ia tak pernah mengatakan secara terang - terangan, mungkin ia memang bukan tipe wanita yang mudah mengungkapkan apapun secara verbal.
Aku hidup tanpa ayah sejak umurku 3 Tahun, ketika seorang supir bus yang tak punya tanggung jawab dengan seenaknya mengambil jalur berlawanan arah dan menabrak mobil ayahku. Setelah 3 hari di rumah sakit, pada tgl 24 Desember 1981 beliau wafat, meninggalkan ibuku, aku dan kedua adikku yang berumur 1,5 tahun dan 6 bulan. ( Takkan pernah kumaafkan supir bus itu, andai saja ku bertemu dia maka nyawa di balas nyawa pun akan kuterapkan padanya )
Sejak saat itu ibuku dipaksa menjadi seorang single parent.
Hidup itu perjuangan. Ku pelajari itu dari ibuku. Menghidupi 3 orang anak seorang diri ( ya, walaupun takkan kulupakan jasa kerabatku, yang telah membantu ), setiap harinya ia mencari penghidupan buat kami. Mulai dari jual sayur matang di rumahku, hingga menjadi tukang kredit. dari mengkreditkan baju hingga sepatu. Walau tak jarang ibuku mendapati para kreditur sableng kabur dengan hutang yg berjibun, ia tak pernah jera. karena ia tahu, jika sejenak saja ia berhenti berusaha maka kami akan kelaparan berhari hari.
Hidup itu Cinta, ku pelajari itu dari ibuku. Ketika ku menderita penyakit kuning ( liver ) diumur 6 tahun dia rela berjuang lebih keras agar aku bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Ketika ku menderita typus di umur 12 tahun, dan aku memaksa untuk tetap berangkat ke sekolah, ibuku mengantar dan menjemputku. Di jam istirahat ibuku kembali datang ke sekolah untuk mengantarkan beberapa potong biskuit.
Hidup itu perjuangan. Ketika kami beranjak dewasa dan mampu menghidupi diri kami sendiri,ibuku tak mau berhenti mencari penghasilan, bahkan saat inipun ia tetap berusaha. Ketika ku tanya kenapa? ia hanya berkata, " selama mama hidup, mama akan terus berusaha"
Hidup itu cinta. Ketika adikku yang telah bersuami, namun tak memiliki penghasilan, ibuku malah kembali menafkahi mereka. Hidup itu cinta, kulihat bagaimana ibuku mengajari semua anak dan menantu perempuannya bagaimana merawat anak2 mereka. memandikannya, menidurkannya, bahkan membersihkan kotoran mereka. Kulihat bagaimana ibuku menangis ketika salah satu cucunya sakit. Kulihat ibuku menangis, ketika ku terbaring di rumah sakit, dengan luka dan patah tulangku, karena ia takut cucuku mengalami hal yang sama dengan diriku, ditinggal ayahnya ketika masih kecil.
Hidup itu perjuangan dan cinta.....tak pernah ku tahu bagaimana caranya menyampaikannya kepadaku, tapi itu yang kudapat darinya. dan itu pula yang akan kutanamkan pada anak anak ku.
( ma...ku tak pernah sanggup mengatakan bahwa ku bangga denganmu, namun dengan air mata dan doa ini, ku harap mampu menyentuhmu...jika ku bisa menukar kehidupan, maka takkan ku tukar jalan hidupku dengan cerita lain, karena kau telah mengajarkanku banyak dengan jalan cerita ini. Ma....aku menyayangimu dan ku yakin kau tahu itu...Love you, mom )
Bogor, 13 Juli 2009
Aku hidup tanpa ayah sejak umurku 3 Tahun, ketika seorang supir bus yang tak punya tanggung jawab dengan seenaknya mengambil jalur berlawanan arah dan menabrak mobil ayahku. Setelah 3 hari di rumah sakit, pada tgl 24 Desember 1981 beliau wafat, meninggalkan ibuku, aku dan kedua adikku yang berumur 1,5 tahun dan 6 bulan. ( Takkan pernah kumaafkan supir bus itu, andai saja ku bertemu dia maka nyawa di balas nyawa pun akan kuterapkan padanya )
Sejak saat itu ibuku dipaksa menjadi seorang single parent.
Hidup itu perjuangan. Ku pelajari itu dari ibuku. Menghidupi 3 orang anak seorang diri ( ya, walaupun takkan kulupakan jasa kerabatku, yang telah membantu ), setiap harinya ia mencari penghidupan buat kami. Mulai dari jual sayur matang di rumahku, hingga menjadi tukang kredit. dari mengkreditkan baju hingga sepatu. Walau tak jarang ibuku mendapati para kreditur sableng kabur dengan hutang yg berjibun, ia tak pernah jera. karena ia tahu, jika sejenak saja ia berhenti berusaha maka kami akan kelaparan berhari hari.
Hidup itu Cinta, ku pelajari itu dari ibuku. Ketika ku menderita penyakit kuning ( liver ) diumur 6 tahun dia rela berjuang lebih keras agar aku bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Ketika ku menderita typus di umur 12 tahun, dan aku memaksa untuk tetap berangkat ke sekolah, ibuku mengantar dan menjemputku. Di jam istirahat ibuku kembali datang ke sekolah untuk mengantarkan beberapa potong biskuit.
Hidup itu perjuangan. Ketika kami beranjak dewasa dan mampu menghidupi diri kami sendiri,ibuku tak mau berhenti mencari penghasilan, bahkan saat inipun ia tetap berusaha. Ketika ku tanya kenapa? ia hanya berkata, " selama mama hidup, mama akan terus berusaha"
Hidup itu cinta. Ketika adikku yang telah bersuami, namun tak memiliki penghasilan, ibuku malah kembali menafkahi mereka. Hidup itu cinta, kulihat bagaimana ibuku mengajari semua anak dan menantu perempuannya bagaimana merawat anak2 mereka. memandikannya, menidurkannya, bahkan membersihkan kotoran mereka. Kulihat bagaimana ibuku menangis ketika salah satu cucunya sakit. Kulihat ibuku menangis, ketika ku terbaring di rumah sakit, dengan luka dan patah tulangku, karena ia takut cucuku mengalami hal yang sama dengan diriku, ditinggal ayahnya ketika masih kecil.
Hidup itu perjuangan dan cinta.....tak pernah ku tahu bagaimana caranya menyampaikannya kepadaku, tapi itu yang kudapat darinya. dan itu pula yang akan kutanamkan pada anak anak ku.
( ma...ku tak pernah sanggup mengatakan bahwa ku bangga denganmu, namun dengan air mata dan doa ini, ku harap mampu menyentuhmu...jika ku bisa menukar kehidupan, maka takkan ku tukar jalan hidupku dengan cerita lain, karena kau telah mengajarkanku banyak dengan jalan cerita ini. Ma....aku menyayangimu dan ku yakin kau tahu itu...Love you, mom )
Bogor, 13 Juli 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)